MENGKERITISI
KEBIJAKAN PRESIDEN #1
Kali ini saya mencoba mengkeritisi kebijakan
presiden baru Indonesia Jokowi Dodo dan Wakil Presiden Yusuf kalla mulai dari
mereka membentuk kabinet hingga mereka mengambil kebijakan-kebijkan baru untuk
masyarakat indonesia baik itu kebijakan yang berpihak kepada rakyat kecil
maupun tidak.
Kita
mulai dari kebijakan jokowi yang ingin membentuk kabinet ramping, profesional
dan tanpa syarat, masih segar di ingatan saya pada saat masa kampanye tahun
lalu jokowi mengatakan bahwa nanti dia ingin menciptakan kabinet ramping,
profesional dan tanpa syarat, menurut jokowi bagi-bagi kursi menteri tidak
memberikan pelajaran politik yang baik bagi masyarakat indonesia yang selama
ini dianggap lumrah, karena itu jokowi ingin mendobrak kebiasaan lama itu
dengan menciptakan kabinet tanpa syarat. maksudnya adalah (Ramping) jokowi akan
mengurangi jumlah kabinetnya dari jumlah kabinet yang sebelumnya yakni jaman
Pak Sby memiliki 34 mentri dan 19 wakil menteri yang menurut jokowi terlalu
banyak, kata (Profesional) berarti orang-orang yang mengisi kabinetnya adalah
orang-orang yang berkompeten atau profesional dibidangnya dan kata bebas (tanpa
syarat) adalah bebas dari intervensi parpol pendukung dalam menentukan para
menteri yang akan dipilih nanti, sepertinya jokowi mencoba mengingatkan rakyat
indonesia akan kabinet jamanya Pak Soeharto yang memang di isi oleh para
profesional yang membuat pembangunan di indonesia begitu maju hingga pak harto
di angkat sebagai bapak pembangunan indonesia sesuai dengan Tap MPR No V Tahun
1983, tapi saya merasa ucapan jokowi itu hanyalah janji manis palsu belaka
(soal kabinet hayalannya tersebut) agar mendapat suara rakyat. Berbeda dengan
lawan poltiknya Prabowo Subianto yang juga mencalonkan diri sebagai presiden RI
yang menyatkan jika terpilih nanti akan memasukan nama ketua umum golkar
Aburizal Bakrie kedalam pemerintahannya. Jokowi memang berhasil memenagkan
suara rakyat indonesia dengan janji palsunya, terbukti tepat pada tanggal 20
oktober 2014 yang lalu jokowi resmi dilantik menjadi presiden indonesia periode
2014-2019 dan jokowi membentuk kabinet dengan nama kabinet kerja sesuai dengan
slogan ciri khas jokowi “Kerja,kerja,dan kerja” jokowi sering kali mengatakan pokoknya kerja,
kerja dan kerja jangan pikirin apa orang lain katakan. kalau slogan jokowi
begitu saya mau ngutip satu Qouates dari Buya Hamka ulama sekaligus sastrawan
indonesia yang berbunyi “kalau hidup sekedar hidup babi hutan juga
hidup, kalau bekerja sekedar bekerja Kera juga bekerja” menurut saya arti
qouates dari Buya Hamka adalah kita sebagai manusia yang memiliki akal pikiran jangan
cuman hidup dan kerja seperti halnya binatang. kita juga harus memiliki tujuan hidup
dan menedengarkan masukan-masukan dari orang lain dan pastinya kita harus
memilki impian/rencana yang besar kedepan.
Tepat
pada tanggal 26 oktober 2014 yang lalu jokowi meresmikan para menterinya yang akan
membantunya di pemerintahan yakni terdiri dari 15 menteri dari parpol dan 19
dari kalangan profesional, ternyata dugaan saya benar jokowi hanya berbohong
ingin membentuk kabinet ramping, profesional dan tanpa syarat buktinya jokowi
tetap mempertahankan jumlah kabinet yang lama yakni 34 menteri dan jokowi hanya
mengurangi jumlah wakil menterinya 19, jokowi hanya memakai 2 wakil menteri saja
yakni wakil menteri luar negri dan wakil menteri keuangan, menurut saya
mengurangi wakil menteri tidaklah efektif karena hanya akan menyusahkan para
menteri dimana segala sesuatunya harus dilakukan sendiri, seperti menteri
keuangan dan menteri luar negeri yang protes kebijakan jokowi tersebut karena
mereka sangat membutuhkan wakil menteri yang sewaktu-waktu bisa membantu
mewakili mereka dalam mengahadari sebuah acara, dll. Ketika saya melihat list
nama-nama menteri yang dipilih jokowi saya tidak terkejut dan saya sudah bisa
menduga sebelumnya, menurut saya jokowi berhasil mengunkan Qouates politik yang
cukup terkenal “If You Repeat A Lie Often
Enough It Becomes Truth”. Kabinet yang jokowi bentuk sekarang adalah
kabinet penuh dengan syarat bagaimana tidak menteri-menteri yang jokowi pilih syarat dengan titipan
parpol pendukungnya dan para menteri profesional yang digadang-gadangnya selama
kampanye juga ternyata orang dekat dan kebanyakan dari bekas tim transisinya
dirinya selama pilpres tahun lalu seperti Anies Baswedan, Rahmat Gobel,
Ryamizard Ryacudu dll. dan parahnya lagi ketika jokowi ditanya oleh wartawan
mengenai kabinet rampingnya jokowi ngeles “saya berikan contoh, negara tetangga
malaysia aja yang penduduknya 24 juta jiwa memiliki 24 menteri, nah kita yang
penduduknya 240 juta jiwa, kementeriannya juga harus 240”. Ketika saya membaca
itu saya hanya bisa mengeleng-gelengkan kepala, saya tidak tahu lagi indonesia
kedepannya akan seperti apa dipimpin oleh peminpin yang dengan mudahnya membohongi rakyatnya
sendiri demi kepentingan pribadi.